Nomor Satu Kaltim
    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS
    Selasa, 7 Februari 2023
    Breaking News :
    • Gagal Ginjal Akut Kembali Ditemukan, Dinas Kesehatan Waspada
    • KPU Paser Mulai Memetakan Tempat Pemungutan Suara
    • 3 Persen Dana Desa, Bukan Untuk Operasional Kepala Desa
    • Banjir Masih Mengancam Kabupaten Berau
    • Infrastruktur Masih Menjadi Prioritas RKPD Berau
    • Urban Farming Balikpapan Terapkan Teknologi Hidroponik Vertikal
    • Wapres Sebut Tiga Langkah Strategis Penguatan Pangan
    • Kementan Gencarkan Peningkatan Pengusaha Muda Pertanian
    • Badan Penyuluhan Kementan Minta Diversifikasi Pangan Lokal Digenjot
    • Karya Bakti TNI Tingkatkan Jalan Usaha Tani Kukar
    Nomor Satu Kaltim
    Twitter Facebook Instagram YouTube Telegram RSS
    • Utama
      • Lapsus
    • Metropolis
      • Balikpapan
      • Samarinda
    • Daerah
      • Kutim
      • Kukar
      • Kubar
      • Bontang
      • Penajam
      • Paser
      • Berau
      • Mahulu
      • Kaltara
    • Ekonomi
      • Perbankan
      • Pajak
      • SAHAM
      • Oil and Gas
    • Nasional
      • COVID-19
      • Politik
    • Disway
      • Catatan Dahlan Iskan
      • Catatan Rizal Effendi
      • Kolom Redaksi
    • Ragam
      • Olahraga
      • Podcast
        • Video Terbaru
        • LIVE
      • Feature
      • Opini
      • Cerita Rakyat
      • Hiburan & Gaya Hidup
      • Clearing Hoax
      • Resep
      • Index Berita
    • Advertorial
      • DPRD Kutai Timur
    • Network
      • Nomor Satu Utara
      • DI’s Way
    Nomor Satu Kaltim
    Home»Index Berita»Disway»Catatan Dahlan Iskan»Porang Komersial
    Catatan Dahlan Iskan

    Porang Komersial

    By DiswaySelasa, 21 Mei 2019, 19:39 WITA4 Mins Read
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Dulu saya yang anjur-anjurkan. Sekarang giliran saya yang harus belajar. Ternyata porang sudah jadi tanaman komersial. Bukan lagi sekedar tanaman sela.

    Saya diminta membuktikan sendiri. Ke pegunungan. Ke pedesaan di antara Ponorogo-Trenggalek-Pacitan. Sekarang lagi musim panen Porang.

    “Saya mengaku kalah,” kata saya pada pak Marnianto, petani Porang di Desa Ngrayun, pedalaman Ponorogo. Kemarin. Ketika saya ke sana.

    Pak Marnianto bisa hasilkan porang 30 ton/ha. Pengetahuan saya selama ini jauh dari itu. Paling hanya 10 ton per hektar.

    Pak Marni sebenarnya pendatang baru di dunia porang. Aslinya Pak Marni seorang guru SD di desa itu. Ia kena ‘virus’ porang dari Pak Suparno. Sesama guru di situ. Suparno-lah yang sering ke Nganjuk. Bertemu aktivis porang Nganjuk: Riyanto dan Hartoyo. Yang dulu sering diskusi porang dengan saya.

    Kawasan kaki Gunung Kendeng (Nganjuk, Bojonegoro, Saradan, Caruban) itu memang jadi pusat porang Indonesia.

    Awalnya hanya memanfaatkan lahan kosong Perhutani. Di sela-sela pohon jati itu bisa ditanami porang. Ribuan petani sekitar hutan bisa hidup dari porang.

    Lalu saya dibuat lupa pada porang. Diberi kesibukan luar biasa yang sia-sia. Selama empat tahun terakhir.

    DI’s Way melakukan penanaman porang di lahan Perhutan di Blora. Waktu masih
    menjadi sesuatu. 27 April 2013 silam. Foto Atas: DI’s Way panen porang
    di Desa Ngrayun, Ponorogo.

    Tiba-tiba dunia porang sudah lebih sibuk dari saya. Berkembang ke mana-mana. Sampai ke Ponorogo. Bahkan sudah menjadi tanaman komersial. Yang saya maksud komersial adalah: tanahnya sewa. Khusus untuk porang. Punya karyawan khusus. Untuk menanam dan memelihara. Investornya pun sudah bisa dapat untung.

    Investor pertamanya ya pak guru Marni itu. Kini sudah bisa sewa tanah 5 ha. Punya 12 karyawan. Baru saja panen 40 ton. Harga perkilogramnya Rp 7.000. Dapat uang Rp 280 juta. “Seluruh biayanya hanya sekitar Rp 90 juta. Termasuk sewa tanahnya,” ujar Pak Marni. Hitung sendiri untungnya.

    Baca Juga:  Berkah Macau

    DI’s Way dengan Pak Lurah dan petani porang di Desa Ngrayun, Ponorogo.

    Tahun ini jutaannya itu masih akan bertambah banyak. Lima hektar tanah sewaannya akan menghasilkan semua.

    Bagaimana pak guru itu bisa memproduksi porang lebih produktif dari Nganjuk?”Saya beri pupuk,” kata pensiunan guru berumur 64 tahun itu.

    Pupuknya kotoran hewan. Ditaruh di lubang menjelang penanaman. Setelah tumbuh, mulai diberi pupuk urea, Sp36 dan sedikit ZA. Saat tumbuh tunas baru dipupuk lagi Ponska. Beberapa kali.

    Umbi porang baru bisa dipanen di tahun kedua. Agar umbinya mencapai 4 kg. Paling tidak. Atau, seperti yang saya lihat kemarin, banyak yang satu umbi beratnya 7 kg.

    Pak Marni punya rumus: porangnya minimal harus 2 kg/umbi. Yang 1 kg untuk mengembalikan biaya tanah dan biaya produksi. Yang 1 kg lagi untuk laba investornya.

    “Kalau per umbi bisa di atas 2 kg itu anggap saja bonus,” tambahnya.

    Begitu banyak bonus pak guru itu. Bisa 5 kg per umbi. “Alhamdulillahhhh,” ucapnya.

    Belakangan ini kian banyak petani yang ikut jejak Pak Marni. Jangan kaget. Sudah lebih 20.000 hektar tanaman porang di Kecamatan Ngrayun.

    Dengan pola tanam yang baru. Bukan tanaman liar lagi.

    Di Ngrayun saya juga bertemu Koko Suprapno. Orang Pacitan timur. Yang lagi belajar tanam porang. Tanahnya di Pacitan kini ditanami cengkeh. Koko akan menanam porang di sela-sela cengkehnya itu.

    Baca Juga:  Tanpa Angpao

    Lain lagi dengan Pak Warno. Dulu ia tidak tertarik porang. Tiap hektar hanya menghasilkan 10 ton. Kini ia ikut jejak Pak Marni.

    Hanya saja Pak Warno sulit dapat benih. Yang disebut katak. Yakni buah porang yang muncul di daun. Satu daun bisa ditumbuhi 40 katak. Tapi tetap saja tidak cukup memenuhi minat baru tanam porang. “Harga katak sudah 80 ribu per kg,” ujar Pak Suwarno yang akan all out jadi petani baru porang. Setelah pensiun dari Perhutani.

    Inilah yang disebut katak. Buah porang yang muncul di daun.

    Pak Warno tidak khawatir akan pasar. Pasar ekspor seperti tidak terbatas. Pasar dalam negeri sangat besar.

    Pabrik porang terus dibangun. Terakhir di Caruban. Kapasitas tampungnya 60 ton/jam. Mulai beroperasi Juni nanti.

    Porang petani dikirim ke pabrik. Diiris-iris. Dikeringkan. Dibuat tepung. Dipisahkan kadar glukomanannya. Dari asam oskalatnya.

    Campuran terbaik daging bakso adalah tepung porang. Bisa mengembang dengan tekstur yang eksotik.

    Banyaknya petani baru juga tidak membuat Pak Marni gentar.

    Pak Marni tambah pinter lagi. Saya dibawa ke lokasi lain. “Ini pak. Di sela-sela porang saya tanami kacang tanah. Bisa dapat 1,5 ton/hektar,” katanya. Di lokasi lain sela-selanya ditanami singkong.

    DI’s Way dan para petani porang di Desa Ngrayun, Ponorogo.

    Bagi Pak Marni hidup dimulai sejak pensiun.

    Salah.

    Sebenarnya sudah lama ia ingin hidup. Tapi selalu gagal.

    Awalnya mencoba tanam jarak. Tergiur oleh program pemerintah untuk atasi krisis harga BBM dulu. Setelah panen tidak ada yang beli. Dijual tidak laku.

    Lalu tanam pohon jabon. Ia tunggu selama enam tahun. Hasilnya tidak seperti yang digembar-gemborkan. Lalu tanam sengon laut. Tunggu lagi enam tahun. Hasilnya hanya Rp 10 juta. Kehilangan waktu lagi enam tahun.

    Sukses baru datang setelah gagal 15 tahun.(Dahlan Iskan)

    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Berita Terkait

    Fikih Berubah

    Senin, 6 Februari 2023, 08:00 WITA3 Mins Read

    Balon Putih

    Minggu, 5 Februari 2023, 08:09 WITA5 Mins Read

    Abad Fikih

    Sabtu, 4 Februari 2023, 08:09 WITA3 Mins Read

    Komentar Batalkan balasan

    dahlan iskan
    • Terbaru
    • Populer
    Selasa, 7 Februari 2023, 09:20 WITA

    Gagal Ginjal Akut Kembali Ditemukan, Dinas Kesehatan Waspada

    Selasa, 7 Februari 2023, 09:11 WITA

    KPU Paser Mulai Memetakan Tempat Pemungutan Suara

    Selasa, 7 Februari 2023, 08:20 WITA

    3 Persen Dana Desa, Bukan Untuk Operasional Kepala Desa

    Selasa, 7 Februari 2023, 07:40 WITA

    Banjir Masih Mengancam Kabupaten Berau

    Selasa, 7 Februari 2023, 07:33 WITA

    Infrastruktur Masih Menjadi Prioritas RKPD Berau

    Selasa, 9 Juli 2019, 07:23 WITA

    Polling Wali Kota Balikpapan 2020

    Kamis, 26 Maret 2020, 18:45 WITA

    Disdukcapil Balikpapan Sediakan Layanan Online

    Selasa, 5 Mei 2020, 11:08 WITA

    Beraktivitas di Bawah SUTT Masih Aman

    Selasa, 24 November 2020, 10:32 WITA

    Mencegah Sengatan Listrik saat Banjir

    Jumat, 21 Agustus 2020, 13:48 WITA

    Bantuan Langsung Tunai UMKM di Kaltim Cair

    Komentar Terbaru
    • Obednego pada Pertamina Buka Peluang Bangun SPBN
    • Wisnu pada Haji Aseng 
    • Andi yunianto pada Tambang Ilegal di Tahura, Catut Nama Pangdam VI Mulawarman dan Kapolda Kaltim
    • Ipo pada Pailit Elit
    • Trino Junaidi pada Besok, 3 Ribu Masyarakat Adat Kutai Kembali Cat Jembatan Kartanegara Jadi Kuning Sakral

    Tentang Kami

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐬𝐩𝐢𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭. 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐧𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐬𝐭𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚. 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐠𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐃𝐢𝐬𝐰𝐚𝐲 𝐍𝐞𝐰𝐬 𝐍𝐞𝐭𝐰𝐨𝐫𝐤 (𝐃𝐍𝐍) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐢𝐧𝐚 𝐃𝐚𝐡𝐥𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐤𝐚𝐧.

    Hubungi Kami

    𝐁𝐀𝐋𝐈𝐊𝐏𝐀𝐏𝐀𝐍:
    𝐊𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐤𝐬 𝐌𝐚𝐩𝐩𝐥𝐞 𝐁𝐥𝐨𝐤 𝐀 𝟔 𝐁𝐨𝐫𝐧𝐞𝐨 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐝𝐢𝐬𝐨, 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤𝐩𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧.
    𝐓𝐞𝐥𝐞𝐩𝐨𝐧 :
    𝐊𝐚𝐧𝐭𝐨𝐫 : +𝟔𝟐 𝟓𝟒𝟐 𝟖𝟓𝟐𝟎𝟐𝟑𝟔 ;
    𝐑𝐞𝐝𝐚𝐤𝐬𝐢 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟐𝟖𝟏𝟏-𝟏𝟏𝟓𝟎 ;
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟓𝟎𝟖𝟖-𝟎𝟓𝟕𝟓

    𝐒𝐀𝐌𝐀𝐑𝐈𝐍𝐃𝐀:
    𝐉𝐥. 𝐆𝐚𝐭𝐨𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐫𝐨𝐭𝐨 𝐆𝐠. 𝟏𝟒 𝐊𝐞𝐥. 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫𝐚, 𝐊𝐞𝐜. 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐢𝐧𝐚𝐧𝐠, 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐢𝐧𝐝𝐚.
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : 𝟎𝟖𝟏𝟑𝟒𝟖𝟒𝟗𝟗𝟗𝟗𝟏

    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟏: 𝐧𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦
    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟐: 𝐝𝐢𝐬𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦

    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐯𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝟕𝟖𝟕/𝐃𝐏-𝐕𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢/𝐊/𝐈𝐗/𝟐𝟎𝟐𝟏

    Copyright © 2020 by NomorSatuKaltim.com 

    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact
    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.