Nomor Satu Kaltim
    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS
    Jumat, 3 Februari 2023
    Breaking News :
    • Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Merosot
    • Kerjasama dengan Pertamina, KKP Jamin Kebutuhan Solar Nelayan
    • Karya Sejahtera Didapuk Jadi Kelompok Terbaik Budidaya Perikanan
    • Topang Pangan IKN, PPU Butuh Infrastruktur Pertanian
    • Gandeng Jepang, Kementan Canangkan Modernisasi Asuransi Pertanian
    • Gubernur Isran Noor: Setiap Jengkal Tanah Kaltim Berhak Atas Pembangunan
    • Pasar Sanggam Mampu Sumbang PAD Sesuai Target
    • Blank Spot Tak Ada, Tapi Kapasitas Internet Masih Rendah
    • Kepala Desa Dilantik Serentak Hari Ini, Masih Ada Warga Tolak Hasil Pilkades
    • Nikah Dini Karena ‘Kecelakaan’ Semakin Marak
    Nomor Satu Kaltim
    Twitter Facebook Instagram YouTube Telegram RSS
    • Utama
      • Lapsus
    • Metropolis
      • Balikpapan
      • Samarinda
    • Daerah
      • Kutim
      • Kukar
      • Kubar
      • Bontang
      • Penajam
      • Paser
      • Berau
      • Mahulu
      • Kaltara
    • Ekonomi
      • Perbankan
      • Pajak
      • SAHAM
      • Oil and Gas
    • Nasional
      • COVID-19
      • Politik
    • Disway
      • Catatan Dahlan Iskan
      • Catatan Rizal Effendi
      • Kolom Redaksi
    • Ragam
      • Olahraga
      • Podcast
        • Video Terbaru
        • LIVE
      • Feature
      • Opini
      • Cerita Rakyat
      • Hiburan & Gaya Hidup
      • Clearing Hoax
      • Resep
      • Index Berita
    • Advertorial
      • DPRD Kutai Timur
    • Network
      • Nomor Satu Utara
      • DI’s Way
    Nomor Satu Kaltim
    Home»Index Berita»HL»Jerit Nelayan Manggar: Tolong Kami, Pak…
    HL

    Jerit Nelayan Manggar: Tolong Kami, Pak…

    By Rudi AgungKamis, 5 Januari 2023, 17:55 WITA7 Mins Read
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email
    Rohman, nelayan Manggar Baru Balikpapan. (Disway)
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Nomorsatukaltim.com – Sinar matahari tepat bertengger di atas kepala, saat 10 nelayan Manggar Baru, menyandarkan perahu mereka. Ketika media ini mendatangi mereka, ada yang tampak membenahi jala, ada yang tertawa, ada pula yang tengah mengikat tali perahunya.

    Kelurahan Manggar Baru Rt 31 Balikpapan Timur, menjadi satu kawasan yang dihuni para nelayan Balikpapan. Setiap hari, mereka menggantungkan nasibnya dari hasil laut yang membentang luas. Laut Manggar berada di jalur selat Makasaar. Ada ratusan nelayan yang mencari penghasilan dari hasil laut.

    Kehidupan mereka bukan tanpa rintangan. Ada saja masalahnya. Dari gelombang tinggi, cuaca ekstrem, kondisi mesin dan perahu, sampai problem klasik yang selalu berulang: minimnya bahan bakar solar.

    Permasalahan bahan bakar bagi nelayan di Balikpapan menjadi masalah klasik yang kerap berulang. Dari kelangkaan, kasus pengetapan sampai distribusi yang tidak merata. Kali ini nelayan di Kelurahan Manggar Baru mengeluhkan tidak beroperasinya salah satu SPBN atau Stasiun Bahan Bakar Nelayan.

    Adalah Abdulrohman, salah satu nelayan yang ditemui Disway, belum lama ini. Kulitnya hitam kecoklatan, dengan kumis sedikit lebat, ia banyak mengisahkan suka dukanya saat melaut. Ia bilang,  mulai berlayar saat matahari masih belum matang, sekitar pukul 05.30 Wita. Lantas, kembali ketika siang pukul 12.00 Wita.

    Dalam sehari ia bisa membawa pulang pelbagai ikan. Beratnya di kisaran 50-60 kg per hari. Aktivitas melautnya telah dilakoni setiap hari selama 30 an tahun. Hal itu hanya semata demi menafkahi tiga anaknya yang masih remaja. “Istri saya sudah berpulang,” ujarnya, mengawali percakapan kami.

    Ia melanjutkan kisahnya, selama ini tinggal bersama ke tiga anaknya. “Saya menjadi nelayan sekitar 30 an tahun, Mas. Yaah, beginilah kondisi nelayan hujan kehujanan, kadang panas kepanasan, saya pergi melaut jam setengah enam pagi, pulang jam dua belasan siang.”

    Pria yang kerap disapa Rohman, hanya memiliki kapal yang menggunakan dua mesin domping. Kapal ini menjadi andalan baginya untuk mengarungi lautan lepas guna mencari nafkah.

    Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan nelayan, paling tidak soal bahan bakar solar. Menurutnya, saat ini bahan bakar yang tersedia di Manggar Baru terbatas, bahkan kekurangan.

    “Saya punya harapan Mas, mudahan pemerintah mau mendengar. Nelayan ini kan gak muluk-muluk yah Mas untuk diperhatikan lebih. Tapi, mbok ya masa bahan bakar solar saja gak ada perhatian khusus gitu loh,” keluhnya. Rohman berujar, setiap hari ia membutuhkan sedikitnya 20-30 liter per hari.

    Selama ini hanya ada dua Stasiun Bahan Bakar Nelayan atau SPBN di Manggar. Tetapi yang satu tidak lagi beroperasi. “Tinggal satu yang aktif, tambahlah tempat pengisiannya,” pinta Rohman. Nelayan adalah salah satu profesi yang sangat berperan bagi kehidupan masyarakat, sekaligus menjadi gada terdepan stabilitas bahan pangan. Namun, perhatian pemerintah dinilai belum maksimal.

    Keluhan itu, diamini juga nelayan lainnya, Ridwansyah. Meski telah berusia senja, 64 tahun, namun ia masih tampak energik. Tidak terlihat raut lelah meski baru saja melaut berjam-jam di lautan lepas. Ketika ditemui media ini, Ridwan juga berkisah panjang lebar.

    Ia satu dari banyaknya nelayan pancing di Manggar Baru. Ia memiliki empat buah hati yang masih belia. Ini mengharuskan dirinya lebih giat melaut demi mencukupi ekonomi dan kebutuhan keluarganya.

    “Sudah 40 tahun saya menjadi nelayan, sebagai mata pencarian utama. Mungkin karena terbiasa waktu muda, kali yah,” paparnya. Ridwan terkadang berangkat melaut tak menentu tergantung pasang surut air. Ia juga berharap pemerintah tidak menutup mata dengan nasib nelayan di Balikpapan, karena nelayan pula lah yang menjadi garda terdepan penyedia bahan pokok masyarakat seperti ikan.

    “Saya harap pemerintah lebih memperhatikan nelayan, bantuan kebutuhan pokok atau dukungan peralatan melaut. Kan kita juga salah satu penyedia bahan pokok makanan masyarakat, apalagi kalau cuaca lagi buruk,” katanya.

    Pria yang karib disapa Ridwan merasa kewalahan dengan terpaan cuaca buruk yang selama beberapa hari belakangan. Ia pun menahan diri untuk tidak berlayar untuk menghindari potensi risiko. Kala tidak melaut, ia tetap berusaha mencari nafkah dengan memilih bekerja serabutan.

    “Kalau gak melaut, macam-macam yang dikerjakan. Kadang jadi kuli bangunan, jagain parkir, dan kerjaan lain yang penting dapat uang halal,” ujarnya. Kalau tidak melaut, ia biasa menjaga parkir di pantai sekitaran tempat tinggalnya di Kelurahan Manggar baru, RT 11, Kecamatan Balikpapan Timur.

    Ridwan juga kerap mengeluhkan minimnya bahan bakar. Kelangkaan bahan bakar kerap dialaminya sehingga terpaksa tidak melaut. “Tempat pengisian bahan bakarnya tinggal satu. Dulu dua, tapi sekarang yang satu tidak beroperasi,” ujarnya.

    Padahal, lanjutnya, bahan bakar menjadi andalan utama para nelayan. Ia merasa bingung minimnya bahan bakar masih saja sering terjadi. “Kita tidak minta macam-macam sama pemerintah. Cukupkan bahan bakar saja. Tolong kami, Pak rakyat kecil ini,” tuturnya.

    Panjangnya Birokrasi

    Saat media ini mengonfirmasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemprov Kaltim, Irhan Mukmaidhy, ia mengamini belum idealnya keberadaan SPBN di Manggar, Balikpapan. Hanya dengan satu unit SPBN untuk ratusan nelayan, dinilai belum maksimal.

    Namun, untuk pengadaan atau pengaktifan operasional SPBN yang mati, tidak serta merta bisa dipenuhi semudah membalik telapak tangan. Banyak jalan panjang birokrasi yang harus dilalui. Para nelayan perlu membuat laporan ke Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan. Kemudian pihak Dinas mencarikan investor, lalu proses selanjutnya melaporkan ke pusat.

    “Nanti pusat yang menentukan. Karena ini kaitannya dengan Pertamina,” jelas Irhan.

    Masalah minimnya bahan bakar bagi nelayan Manggar diamini pula Ketua Nelayan Balikpapan atau Ganeba, Boben. Pria berbadan tegap ini heran dengan masalah klasik satu ini. Masalah tidak hanya pengadaan dan SPBN. Tapi juga pada distribusi dan pengawasan yang dinilai sangat kendur.

    Padahal, bahan bakar menjadi andalan utama para nelayan. Ia merasa bingung minimnya bahan bakar masih saja sering terjadi. “Sudah capek kita kalau soal bahan bakar. Kita tidak minta macam-macam sama pemerintah. Cukupkan bahan bakar saja,” tuturnya.

    Nelayan Manggar. (Diswy)

    Boben mengingatkan masalah pengawasan juga perlu menjadi perhatian. Selama ini masih ada saja kasus pengetapan atau mark up harga solar. Ia meminta agar kepolisian lebih ketat melakukan pengawasan. Boben juga meminta ada pihak Dinas terkait ikut membantu mengawasi distribusi solar subsidi bagi nelayan.

    “Orang DP3 Balikpapan tidak pernah ada. Tapi pas nelayan ribut-ribut, baru direspon. Pernah saya tanyakan kenapa tidak menugaskan PNS untuk mengawasi, jawabnya karena tidak ada anggaran. Jawaban apa itu,” keluh Boben.

    Ia juga bingung terhadap kondisi di lapangan, lanjutnya, ada petugas kepolisian yang mengawasi distribusi subsidi. “Tapi kenapa masih ada kasus pengetapan atau mark up harga,” ujarnya. Ia menjelaskan untuk harga solar subsidi bagi nelayan sekitar Rp 6.800 per liter. Tapi kalau nelayan beli di pengepul bisa mencapai Rp 8.000 per liter. Bahkan untuk solar non subsidi bisa beda tinggi lagi.

    Sebelas Dua Belas

    Ganeba, lanjut Boben, juga pernah melaporkan masalah bahan bakar ini ke Pertamina. “Tapi jawaban dinas dan Pertamina, 11 12, sama saja. Permintaan pengawasan itu ranah kepolisian. Kalau dinas mau pasang orang untuk mengawasi, terkendala anggaran. Apa terus mau begini? Sampai kapan?” ujarnya.

    Disinggung soal janji kampanye Wali Kota Balikpapan terhadap nasib nelayan, Boben berseloroh hal yang mengejutkan. “Janji kampanye alhamdulillah 11 12 juga,” ungkapnya. Ia hanya minta nelayan bisa tersenyum. Tidak minta hal yang besar.

    “Nelayan bukan pengemis. Kami hanya ingin dipenuhi bahan bakar, diayomi, diberikan edukasi cara tangkap nelayan, dan sebagainya. Kami tidak minta macam-macam,” tegasnya.

    Namun selama ini harapannya seolah utopis. Yang ada, sambungnya, biota laut malah diganggu oleh perusahaan yang membuang limbah ke laut.

    “Laut kami diganggu, banyak limbah, sampah, cat dari perusahaan. Bahkan pernah ada ban besar nyangkut di jala nelayan. Kalau banyak limbah dan dibiarkan, emangnya masyarakat Balikpapan mau makan ikan mengandung limbah?” tanya Boben.

    Saat disinggung soal dana CSR perusahaan sekitar, ia menggelengkan kepalanya. Memang ada CSR dari perusahaan. Tapi untuk nominal dan tepat sasaran atau tidak, ia menggelengkan kepalanya.

    “Anggaran CSR perusahaan, tidak tahu berapa yang sampai ke nelayan. Yang paling kami rasakan nyata saat ini bantuan dari Danlanal Balikapapan. Bantuan mesin, tiap bulan itu rutin memberi dua mesin untuk nelayan. Ini sudah jalan bulan keenam. Terima kasih untuk Bapak Kolonel Laut (P) Rasyid Al Hafiz, yang peduli terhadap nasib nelayan,” kata Boben.

    Boben malah tertawa kencang saat ditanya bantuan nelayan dari partai atau anggota DPRD Balikpapan. Ia mengungkap, “Paling nanti tiga bulan mau pencoblosan, baru ramai-ramai membantu,” bebernya.

    Reporter: Taufik

    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Berita Terkait

    Kerjasama dengan Pertamina, KKP Jamin Kebutuhan Solar Nelayan

    Jumat, 3 Februari 2023, 19:00 WITA4 Mins Read

    Karya Sejahtera Didapuk Jadi Kelompok Terbaik Budidaya Perikanan

    Jumat, 3 Februari 2023, 17:00 WITA2 Mins Read

    Topang Pangan IKN, PPU Butuh Infrastruktur Pertanian

    Jumat, 3 Februari 2023, 16:30 WITA2 Mins Read

    Komentar Batalkan balasan

    dahlan iskan
    • Terbaru
    • Populer
    Jumat, 3 Februari 2023, 20:37 WITA

    Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Merosot

    Jumat, 3 Februari 2023, 19:00 WITA

    Kerjasama dengan Pertamina, KKP Jamin Kebutuhan Solar Nelayan

    Jumat, 3 Februari 2023, 17:00 WITA

    Karya Sejahtera Didapuk Jadi Kelompok Terbaik Budidaya Perikanan

    Jumat, 3 Februari 2023, 16:30 WITA

    Topang Pangan IKN, PPU Butuh Infrastruktur Pertanian

    Jumat, 3 Februari 2023, 16:00 WITA

    Gandeng Jepang, Kementan Canangkan Modernisasi Asuransi Pertanian

    Selasa, 9 Juli 2019, 07:23 WITA

    Polling Wali Kota Balikpapan 2020

    Kamis, 26 Maret 2020, 18:45 WITA

    Disdukcapil Balikpapan Sediakan Layanan Online

    Selasa, 5 Mei 2020, 11:08 WITA

    Beraktivitas di Bawah SUTT Masih Aman

    Selasa, 24 November 2020, 10:32 WITA

    Mencegah Sengatan Listrik saat Banjir

    Jumat, 21 Agustus 2020, 13:48 WITA

    Bantuan Langsung Tunai UMKM di Kaltim Cair

    Komentar Terbaru
    • Obednego pada Pertamina Buka Peluang Bangun SPBN
    • Wisnu pada Haji Aseng 
    • Andi yunianto pada Tambang Ilegal di Tahura, Catut Nama Pangdam VI Mulawarman dan Kapolda Kaltim
    • Ipo pada Pailit Elit
    • Trino Junaidi pada Besok, 3 Ribu Masyarakat Adat Kutai Kembali Cat Jembatan Kartanegara Jadi Kuning Sakral

    Tentang Kami

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐬𝐩𝐢𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭. 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐧𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐬𝐭𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚. 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐠𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐃𝐢𝐬𝐰𝐚𝐲 𝐍𝐞𝐰𝐬 𝐍𝐞𝐭𝐰𝐨𝐫𝐤 (𝐃𝐍𝐍) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐢𝐧𝐚 𝐃𝐚𝐡𝐥𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐤𝐚𝐧.

    Hubungi Kami

    𝐁𝐀𝐋𝐈𝐊𝐏𝐀𝐏𝐀𝐍:
    𝐊𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐤𝐬 𝐌𝐚𝐩𝐩𝐥𝐞 𝐁𝐥𝐨𝐤 𝐀 𝟔 𝐁𝐨𝐫𝐧𝐞𝐨 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐝𝐢𝐬𝐨, 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤𝐩𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧.
    𝐓𝐞𝐥𝐞𝐩𝐨𝐧 :
    𝐊𝐚𝐧𝐭𝐨𝐫 : +𝟔𝟐 𝟓𝟒𝟐 𝟖𝟓𝟐𝟎𝟐𝟑𝟔 ;
    𝐑𝐞𝐝𝐚𝐤𝐬𝐢 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟐𝟖𝟏𝟏-𝟏𝟏𝟓𝟎 ;
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟓𝟎𝟖𝟖-𝟎𝟓𝟕𝟓

    𝐒𝐀𝐌𝐀𝐑𝐈𝐍𝐃𝐀:
    𝐉𝐥. 𝐆𝐚𝐭𝐨𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐫𝐨𝐭𝐨 𝐆𝐠. 𝟏𝟒 𝐊𝐞𝐥. 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫𝐚, 𝐊𝐞𝐜. 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐢𝐧𝐚𝐧𝐠, 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐢𝐧𝐝𝐚.
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : 𝟎𝟖𝟏𝟑𝟒𝟖𝟒𝟗𝟗𝟗𝟗𝟏

    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟏: 𝐧𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦
    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟐: 𝐝𝐢𝐬𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦

    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐯𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝟕𝟖𝟕/𝐃𝐏-𝐕𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢/𝐊/𝐈𝐗/𝟐𝟎𝟐𝟏

    Copyright © 2020 by NomorSatuKaltim.com 

    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact
    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

     

    Memuat Komentar...