Nomor Satu Kaltim
    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS
    Selasa, 31 Januari 2023
    Breaking News :
    • Ongkos Produksi Bengkak Akibat Pembatasan Subsidi Pupuk
    • Pembatasan Subsidi Pupuk Persulit Budidaya Perikanan Payau
    • PAMA ABKL Peringati Bulan K3 dengan Lomba dan Baksos 
    • Angka Perceraian Naik Karena Selingkuh Sampai Game Online
    • Wagub Hadi Mulyadi Jawab Penghiliran Industri Masih Sulit Berkembang
    • Pegawai Minim, Pemeliharaan PJU Kurang Maksimal
    • Modus Dugaan Korupsi BBM Disperkimtan: Belinya Pakai Subsidi, Tagihannya Nonsubsidi
    • Kades dari Kaltim Ungkap Alasan Minta Jabatan 9 Tahun
    • Penculikan Anak di Kubar Ternyata Hoaks
    • Hilirisasi di Kaltim Harus Integral
    Nomor Satu Kaltim
    Twitter Facebook Instagram YouTube Telegram RSS
    • Utama
      • Lapsus
    • Metropolis
      • Balikpapan
      • Samarinda
    • Daerah
      • Kutim
      • Kukar
      • Kubar
      • Bontang
      • Penajam
      • Paser
      • Berau
      • Mahulu
      • Kaltara
    • Ekonomi
      • Perbankan
      • Pajak
      • SAHAM
      • Oil and Gas
    • Nasional
      • COVID-19
      • Politik
    • Disway
      • Catatan Dahlan Iskan
      • Catatan Rizal Effendi
      • Kolom Redaksi
    • Ragam
      • Olahraga
      • Podcast
        • Video Terbaru
        • LIVE
      • Feature
      • Opini
      • Cerita Rakyat
      • Hiburan & Gaya Hidup
      • Clearing Hoax
      • Resep
      • Index Berita
    • Advertorial
      • DPRD Kutai Timur
    • Network
      • Nomor Satu Utara
      • DI’s Way
    Nomor Satu Kaltim
    Home»Index Berita»Disway»Catatan Dahlan Iskan»Jantung Bocor
    Catatan Dahlan Iskan

    Jantung Bocor

    By DiswaySelasa, 21 Mei 2019, 19:32 WITA6 Mins Read
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Siapa tahu. Anda adalah anak muda. Yang tertarik beri pertolongan ini: bikin aplikasi. Untuk antrean operasi jantung BPJS. Atau operasi apa saja. Bahkan yang bukan operasi. Yang modern. Yang bisa diakses dari desa sekali pun.

    Agar jangan lagi seperti sekarang. Seperti dia ini.

    Perempuan ini merasa sangat terpaksa. Menghubungi saya dari HK. Dia TKI di sana. “Sepupu saya pingsan-pingsan terus. Sekarang ini juga lagi pingsan,” tulisnya dalam WA. Pekan lalu.

    Dia kenal saya. Saya, duluuuu, memang sering ke Hongkong. Sering juga menghadiri forum yang mereka adakan.

    Sepupunya itu tinggal di desa. Di pelosok Magetan. Di desa kelahiran saya. Namanya Ria. Berarti Ria sepupu saya juga.

    Saya pun mendadak pulang ke Surabaya. Terutama setelah mendapat penjelasan tambahan: Ria sakit jantung. Jantungnya bocor.

    Dokterlah yang mengatakan itu. Kepada Ria. Juga kepada sepupunya di Hongkong itu.

    Saya pun membayangkan jangan-jangan Ria akan meninggal mendadak. Umurnya baru 26 tahun.

    Saya belum bisa membedakan mana sakit jantung yang berbahaya dan yang sangat berbahaya. Begitu dengar ‘pingsan-pingsan’ saya pun ikut panik.

    Pengetahuan masyarakat umumnya mirip: sakit jantung itu bisa membuat penderitanya mendadak meninggal. Tidak membeda-bedakan jenis sakit jantungnya.

    Sebenarnya Ria tidak ingin minta tolong saya. Dia dan suaminya bisa urus sendiri. Ria lulusan IKIP Madiun. Suaminya lulusan STM. Mereka sudah ke rumah sakit di Madiun. Beberapa kali. Tapi RSUD Madiun tidak memiliki fasilitas operasi jantung.

    Dirujuklah ke RSUD DR Sutomo Surabaya. Mereka pun ke Surabaya. Tidak memberi tahu saya. Tidak mampir rumah saya. Di Surabaya Ria dilayani dengan baik. Tapi memang harus dioperasi. Berbagai pemeriksaan tambahan harus dilakukan. Ria bolak-balik Magetan-Surabaya.

    Tanggal 4 Maret lalu Ria mendapat nomor antrean: 154. Tidak ada gambaran kapan operasi bisa dilakukan. “Mungkin tiga bulan lagi. Antreannya panjang,” Itulah penjelasan yang dia terima.

    Ria pun pulang ke desa lagi.

    Dia terus menunggu telepon dari rumah sakit Surabaya. Menunggu panggilan untuk  dioperasi. Yang dinanti tidak pernah datang.

    Ria terus saja pingsan-pingsan. Suaminya membelikannya tabung oksigen. Setiap pingsan diberi oksigen. “Ini nyawanya dik Ria,” ujar Dani, sang suami. Sambil menunjuk tabung oksigen. Yang tiap tiga hari harus diisi.

    Tentu Dani juga menelepon ke rumah sakit Surabaya. Beberapa kali. Jawabnya sama: belum ada jadwal operasi untuk Ria. Tunggu saja Akan ditelpon.

    Mereka tahu penerima telepon di Surabaya juga sangat sibuk. Mereka sudah bisa membayangkan betapa hiruk-pikuknya rumah sakit besar. Apalagi di bagian BPJS. Mungkin tidak ada waktu untuk menelepon. Mereka khawatir kelewatan giliran. Maka mereka pun kembali ke Surabaya. Jawabnya masih sama: belum ada tanggal giliran.

    Balik lagi ke desa.

    Balik lagi pingsan-pingsan.

    Hari itu pingsannya lebih lama. Lebih setengah jam. Keluarga panik. Lalu menghubungi saya. Saya pun memutuskan pulang ke Surabaya. “Sesekali menolong keluarga sendiri,” kata hati saya.

    Kepada saya Ria menegaskan sikapnya. “Saya tidak mau menyerobot antrean,” ujar Ria. “Saya berdosa kalau yang saya serobot meninggal sebelum saya,” katanya.

    Setuju.

    Saya juga tidak punya niat menyerobot antrean. Saya akan carikan jalan lain. Dan yang utama saya harus tahu: seberapa serius problem jantungnya. Kok sudah pingsan-pingsan begitu lama masih bisa bertahan.

    Saya pun bertemu dokter ahli jantung: Heroe Subroto. Yang keahlian utamanya adalah bedah jantung anak-anak. Rekornya: mengoperasi  jantung bayi berumur 3 minggu.

    Dokter Heroe ingat saya. Ia pernah ke RS Tianjin. Untuk mempelajari transplant hati di sana. Bersama beberapa dokter lain dari Surabaya.

    Setelah membaca berkas pemeriksaan RS Madiun dokter Heroe mengambil kertas. Untuk menggambar jantung.

    Jantung Ria memang bocor. Antara bilik kiri dan bilik kanan. Tapi penjelasannya itu membuat saya agak tenang. Saya berkesimpulan Ria tidak akan mati mendadak. Tidak seperti penderita serangan jantung.

    Bocornya sekat itu membuat darah dari bilik satu mengalir ke bilik lain. Tapi karena perbedaan tekanan maka darah dari bilik kiri lah yang masuk ke bilik kanan.

    Bilik kiri adalah bilik yang menerima darah yang sudah ‘dibersihkan’ dari paru-paru. Darah ‘bersih’ itu harus dipompa ke seluruh tubuh. Agar kita terus hidup. Pompa itu begitu kuat. Agar darah bisa sampai ke bagian terjauh dari jantung.

    Pompa di bilik kanan tidak begitu kuat. Hanya memompa darah ‘kotor’ ke paru. Yang jaraknya dekat. Untuk ‘dibersihkan’ di paru.

    Maka, ‘darah bersih’-lah yang masuk ke bilik ‘darah kotor’. Darah ‘kotor’ tidak masuk ke bilik ‘darah bersih’ — kalah tekanan itu tadi.

    Tapi ada akibat lain: bilik kanan di jantung Ria membesar. Tidak kuat menerima tambahan darah. Pun tidak kuat menerima tambahan tekanan. Sebagian tekanan itu di transfer ke paru. Akibatnya fungsi paru terganggu.

    Itulah yang membuat Ria sesak nafas. Lalu pingsan.

    Penjelasan itu saya jelaskan ulang ke Ria. Dengan bahasa kampung saya. Ria juga kian tenang. Dia tahu sekarang: harus hemat oksigen. Tidak berjalan cepat, tidak naik tangga, tidak menjinjing sesuatu, tidak emosi dan tidak menggendong bayinya. Yang kini berumur tiga bulan.

    Itulah yang harus dilakukan Ria. Sambil menunggu giliran dioperasi. Untuk menambal bocornya itu.

    Sebenarnya Ria sudah lama tahu: jantungnya bocor. Sejak kelas 1 SD. Tapi tidak pernah dilakukan tindakan apa-apa. Toh masih bisa sekolah. Masih bisa bermain. Dan lagi dari mana biaya untuk operasi. Orang tuanya ikut orang tua saya. Yang menempati rumah orang tua saya. Yakni rumah saya waktu kecil dulu.

    Memang saat kecil itu sesekali Ria pingsan. Saat ikut upacara bendera di sekolah. Tapi selalu saja sembuh sendiri. Kian lama kian jarang pingsan. Teman-temannya menganggap pingsannya Ria itu biasa. Nanti kan siuman sendiri.

    Setelah kawin Ria tidak segera sukses punya anak. Selalu keguguran. Dia sudah lupa kalau punya problem jantung. Suaminya juga tidak tahu kalau ia mengawini gadis berjantung bocor.

    Saat hamil ketiga Ria lebih hati-hati. Alhamdulillah. Sampai janin berumur 7 minggu tidak keguguran. Tapi kian besar janinnya kian sesak dadanya. Mulai pingsan-pingsan lagi.

    Hamil delapan bulan Ria sudah tidak kuat. Dia pun kaget: kok bayinya berhenti bergerak.

    Dokter kandungan memutuskan operasi cesar. Selamat. Lahir bayi laki-laki seberat 2,1 kg. Tanpa tangisan. Tanpa gerak. Langsung dimasukkan perawatan khusus.

    “Telat sedikit anak itu meninggal. Ibunya juga,” ujar dokter seperti yang diingat Ria.

    Alhamdulillah.

    Tapi Ria pingsan-pingsan terus. Sampai dokter memutuskan untuk harus operasi jantung. Dan harus antre panjang itu.

    Tentu Ria bukan satu-satunya kasus.

    Yang membuat dia selalu was-was adalah pertanyaan ini: apakah akan meninggal sebelum dapat giliran operasi. Dan kapan jadwal itu.

    Was-was itu sebenarnya tidak perlu kalau ada aplikasi sistem antre operasi jantung BPJS. Yang bisa diakses pasien. Kalau perlu bisa lewat HP.

    Ria pun kini sudah lebih tenang dan sabar.

    Sampai sekarang Ria belum pernah merasakan menggendong bayinya. Juga belum pernah menyusuinya. Kalau kangen dia duduk. Lalu memangku si bayi. Tidak bisa lama.(Dahlan Iskan)

    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Berita Terkait

    Yourway Myway

    Minggu, 29 Januari 2023, 08:09 WITA3 Mins Read

    Uya Utama

    Sabtu, 28 Januari 2023, 08:00 WITA6 Mins Read

    Barang Enak

    Jumat, 27 Januari 2023, 08:00 WITA4 Mins Read

    Komentar Batalkan balasan

    dahlan iskan
    • Terbaru
    • Populer
    Selasa, 31 Januari 2023, 15:00 WITA

    Ongkos Produksi Bengkak Akibat Pembatasan Subsidi Pupuk

    Selasa, 31 Januari 2023, 14:00 WITA

    Pembatasan Subsidi Pupuk Persulit Budidaya Perikanan Payau

    Selasa, 31 Januari 2023, 09:01 WITA

    PAMA ABKL Peringati Bulan K3 dengan Lomba dan Baksos 

    Selasa, 31 Januari 2023, 08:51 WITA

    Angka Perceraian Naik Karena Selingkuh Sampai Game Online

    Selasa, 31 Januari 2023, 08:43 WITA

    Wagub Hadi Mulyadi Jawab Penghiliran Industri Masih Sulit Berkembang

    Selasa, 9 Juli 2019, 07:23 WITA

    Polling Wali Kota Balikpapan 2020

    Kamis, 26 Maret 2020, 18:45 WITA

    Disdukcapil Balikpapan Sediakan Layanan Online

    Selasa, 5 Mei 2020, 11:08 WITA

    Beraktivitas di Bawah SUTT Masih Aman

    Selasa, 24 November 2020, 10:32 WITA

    Mencegah Sengatan Listrik saat Banjir

    Jumat, 21 Agustus 2020, 13:48 WITA

    Bantuan Langsung Tunai UMKM di Kaltim Cair

    Komentar Terbaru
    • Obednego pada Pertamina Buka Peluang Bangun SPBN
    • Wisnu pada Haji Aseng 
    • Andi yunianto pada Tambang Ilegal di Tahura, Catut Nama Pangdam VI Mulawarman dan Kapolda Kaltim
    • Ipo pada Pailit Elit
    • Trino Junaidi pada Besok, 3 Ribu Masyarakat Adat Kutai Kembali Cat Jembatan Kartanegara Jadi Kuning Sakral

    Tentang Kami

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐬𝐩𝐢𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭. 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐧𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐬𝐭𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚. 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐠𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐃𝐢𝐬𝐰𝐚𝐲 𝐍𝐞𝐰𝐬 𝐍𝐞𝐭𝐰𝐨𝐫𝐤 (𝐃𝐍𝐍) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐢𝐧𝐚 𝐃𝐚𝐡𝐥𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐤𝐚𝐧.

    Hubungi Kami

    𝐁𝐀𝐋𝐈𝐊𝐏𝐀𝐏𝐀𝐍:
    𝐊𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐤𝐬 𝐌𝐚𝐩𝐩𝐥𝐞 𝐁𝐥𝐨𝐤 𝐀 𝟔 𝐁𝐨𝐫𝐧𝐞𝐨 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐝𝐢𝐬𝐨, 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤𝐩𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧.
    𝐓𝐞𝐥𝐞𝐩𝐨𝐧 :
    𝐊𝐚𝐧𝐭𝐨𝐫 : +𝟔𝟐 𝟓𝟒𝟐 𝟖𝟓𝟐𝟎𝟐𝟑𝟔 ;
    𝐑𝐞𝐝𝐚𝐤𝐬𝐢 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟐𝟖𝟏𝟏-𝟏𝟏𝟓𝟎 ;
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟓𝟎𝟖𝟖-𝟎𝟓𝟕𝟓

    𝐒𝐀𝐌𝐀𝐑𝐈𝐍𝐃𝐀:
    𝐉𝐥. 𝐆𝐚𝐭𝐨𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐫𝐨𝐭𝐨 𝐆𝐠. 𝟏𝟒 𝐊𝐞𝐥. 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫𝐚, 𝐊𝐞𝐜. 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐢𝐧𝐚𝐧𝐠, 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐢𝐧𝐝𝐚.
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : 𝟎𝟖𝟏𝟑𝟒𝟖𝟒𝟗𝟗𝟗𝟗𝟏

    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟏: 𝐧𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦
    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟐: 𝐝𝐢𝐬𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦

    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐯𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝟕𝟖𝟕/𝐃𝐏-𝐕𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢/𝐊/𝐈𝐗/𝟐𝟎𝟐𝟏

    Copyright © 2020 by NomorSatuKaltim.com 

    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact
    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.