Samarinda, nomorsatukaltim.com – Untuk kalangan wanita di Samarinda. Nama Linda Suciati atau yang akrab disapa Ce Linda. Sangatlah populer. Pengikut Instagram-nya memang baru 162 ribu. Tapi setiap unggahannya tidak pernah sepi dari komentar. Menandakan dia punya kesan khusus bagi kaum wanita. Dan menandakan pula, pengikutnya bukan akun bayaran, hehe.
Ce Linda sejatinya bukanlah selebgram organik. Dia adalah ibu rumah tangga biasa. Yang memiliki beberapa usaha. Hanya karena memang kerap tampil cantik. Bikin Instagram-nya jadi banyak pengikut.
Tapi siapa yang sangka. Di balik kecantikan yang saat ini diketahui orang. Ce Linda dulunya memiliki tubuh yang sangat bongsor. Monmaap bukan maksud body shaming. Tapi Ce Linda sendiri yang mengakui.
Bukan dia tidak bisa merawat diri kala itu. Tapi memang, untuk bisa menguruskan badan secara signifikan dan berpenampilan menarik. Butuh biaya yang tak sedikit. Dan biaya itu yang dia tidak punya. Karena keluarganya tidak memiliki ekonomi yang teramat mapan.
Lalu bagaimana kok Ce Linda sekarang bisa langsing, cantik, dan sering dipanggil sebagai pembicara karena inspirasi yang dia tebarkan? Bagaimana bisa Ce Linda si Kentang yang sekarang jadi pujaan?
Saat berbincang bersama istri gubernur Kaltim, Norbaiti Isran Noor di acara Ngopi Sore garapan Diskominfo Kaltim dan nomorsatukaltim.com, Ce Linda membocorkan rahasianya.

Jadi saya bukan asli orang Samarinda. Saya orang Jowo, Surabaya tepatnya.
Papa saya adalah Chinese yang sangat kuno. Di mana waktu itu, seorang wanita itu harus mengikuti aturan beliau. Saya selalu ingat Papa saya pernah bilang gini ke saya,
โLinda, kamu udah enggak cantik.โ
โIya, Pa.โ
โKamu juga enggak pinter,โ
โBetul banget, Pa.โ
โTerus lagi, kita ini enggak kaya.โ
โItu memang kelihatan, Pa.โ
โSatu aja pesen Papa. Cantik enggak, pinter enggak, kaya enggak. Tapi kamu harus punya harga diri.โ
โJadi di manapun, kamu bisa dihargai dan menghargai orang lain.โ
Saya tinggal di gang sempit. Di mana saat itu saya sekolah di sekolahannya anak orang kaya. Semua diantar sekolah naik mobil. Dan saya diantar pakai becak.
Dari kecil saya kok malu ya naik becak terus. Dan saya turun itu selalu jauh jaraknya dari sekolahan. Supaya teman-teman saya enggak tahu saya cuma naik becak.
Sampai akhirnya saya bermimpi dan bilang ke Papa โPa, kapan kita ini punya mobil?โ
โKondisi tambak di Situbondo enggak memungkinkan kita punya mobil. Karena hutang Papa juga sangat banyak sekali,โ
Entah kenapa dari kecil saya adalah seorang pemimpi. Setiap lihat orang naik mobil saya selalu bilang. Entar saya juga punya mobil. Selalu saya katakan seperti itu.
Sampai akhirnya waktu itu Papa saya jual tambak. Dan dibelikan mobil baru. Mobil enggak bagus tapi setidaknya mobil baru.
Dan ternyata saya juga bisa merasakan seperti teman-teman saya. Naik mobil turunnya tepat di depan pintu gerbang sekolahan.
Makanya saya sangat bersyukur. Walau saya tidak lahir dari orang tua konglomerat. Tapi Papa saya bisa berikan yang belum tentu orang tua lain berikan. Yakni petuah bahwa saya harus punya harga diri.
Dalam situasi apa pun kita harus bisa menjaga harga diri kita. Enggak harus cantik, harus kaya, dan harus pintar.
Sampai akhirnya nasib membawa saya ke Samarinda.
Dengan berat badan sekitar 90 kg. Saya dijodohkan dengan laki-laki Samarinda. Saya yakin orang tuanya bilang, โNgapain, jauh-jauh (ke Surabaya) dapatnya tong minyak, drum minyak gini.โ
Zaman dulu, Gaes. Ndak ada ponsel yang bisa video call. Ponselnya kecil cuma bisa SMS-an. Jadi saya itu dijodohkan dengan suami saya dari sepupu saya.
Di mana sepupu saya itu sangat berarti. Karena kalau tidak ada dia. Nasib saya tidak akan sebaik hari ini. Sampai kapan pun saya enggak akan pernah lupa bagaimana sepupu saya mengenalkan saya dengan suami saya.
Jadi suami saya bilang saat itu badannya gemuk. Saya bilang badan saya kurus. Padahal berat saya sekitar 90 kg.
Begitu ketemu mungkin dia shock ya. Mau cancel tapi enggak bisa karena ketemunya di bandara. Dia bilang. โLho, kamu kok gendut. Kok seperti ini? Saya juga bilang, kamu kok seperti itu,โ
Dalam hati saya, pasti dia enggak mau. Orang saya gemuk jelek gini. Ya sudahlah. Karena beliau sudah sampai Surabaya dan enggak enak. Jadi sehari di Surabaya lalu pulang. Sampai akhirnya, kami ke Samarinda.
Sampai di Samarinda, orang bilang. โCe Linda, orang kalau sudah minum air Mahakam bakal kembali lagi lho.โ
Waduh, saya percaya banget. Begitu sampai sini, saya sedih. Karena calon mertua saya tidak berkenan dengan hadirnya saya.
Dan saya mohon izin untuk pulang. Saya bilang, โSaya izin pamit pulang ke Surabaya. Karena sepertinya kehadiran saya tidak diterima di sini.โ
Suami saya tanya, kepingin kurus enggak? Saya jawab, siapa sih yang enggak pengen kurus. Siapa sih yang enggak cantik. Tapi saya enggak punya uang. Saya enggak punya biaya karena untuk kuliah saja. Saya harus nyambi jadi SPG.
Dia tanya lagi, butuh berapa biaya untuk menguruskan badan? Saya mau beli Herbalife waktu itu. Dan saya juga pengen olahraga.
Singkat cerita, dia memberikan saya uang Rp 5 juta. Saya ingat sekali waktu itu, โWow, Rp 5 juta banyak banget.โ
Beli Herbalife, saya nge-gym, saya beli baju gym. Saya sudah cukup punya uang. Dan akhirnya saya benar-benar kurus. Sampai berat badan saya sisa 52 kg.
Sampai orang yang enggak pernah ngelirik saya. Jadi merhatikan. Wah, si kentang jadi langsing. Waktu itu, saya enggak bohong. Saya jadi pengen deket sama pria-pria yang lain. Sampai adik saya bilang gini, โMaaf ya Ce, kita dididik untuk tidak jadi kacang lupa kulitnya.โ
โMaksudmu?โ
โYang ngurus kamu siapa? Ketika ada orang yang berjasa untuk hidup kita. Enggak seharusnya lho kamu pergi dengan pria yang lain.โ
Kata-kata adik saya itu benar. Kalau gak ada suami saya. Saya enggak akan bisa kurus. Enggak bisa merasakan kesempatan makai baju bagus itu kaya mana.
Akhirnya karena suami saya merasa badan saya sudah kurus. Saya dipanggil lagi ke sini. Jadilah saya warga Samarinda โmenikah-. (krv/ava)