Nomor Satu Kaltim
    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS
    Selasa, 7 Februari 2023
    Breaking News :
    • Gagal Ginjal Akut Kembali Ditemukan, Dinas Kesehatan Waspada
    • KPU Paser Mulai Memetakan Tempat Pemungutan Suara
    • 3 Persen Dana Desa, Bukan Untuk Operasional Kepala Desa
    • Banjir Masih Mengancam Kabupaten Berau
    • Infrastruktur Masih Menjadi Prioritas RKPD Berau
    • Urban Farming Balikpapan Terapkan Teknologi Hidroponik Vertikal
    • Wapres Sebut Tiga Langkah Strategis Penguatan Pangan
    • Kementan Gencarkan Peningkatan Pengusaha Muda Pertanian
    • Badan Penyuluhan Kementan Minta Diversifikasi Pangan Lokal Digenjot
    • Karya Bakti TNI Tingkatkan Jalan Usaha Tani Kukar
    Nomor Satu Kaltim
    Twitter Facebook Instagram YouTube Telegram RSS
    • Utama
      • Lapsus
    • Metropolis
      • Balikpapan
      • Samarinda
    • Daerah
      • Kutim
      • Kukar
      • Kubar
      • Bontang
      • Penajam
      • Paser
      • Berau
      • Mahulu
      • Kaltara
    • Ekonomi
      • Perbankan
      • Pajak
      • SAHAM
      • Oil and Gas
    • Nasional
      • COVID-19
      • Politik
    • Disway
      • Catatan Dahlan Iskan
      • Catatan Rizal Effendi
      • Kolom Redaksi
    • Ragam
      • Olahraga
      • Podcast
        • Video Terbaru
        • LIVE
      • Feature
      • Opini
      • Cerita Rakyat
      • Hiburan & Gaya Hidup
      • Clearing Hoax
      • Resep
      • Index Berita
    • Advertorial
      • DPRD Kutai Timur
    • Network
      • Nomor Satu Utara
      • DI’s Way
    Nomor Satu Kaltim
    Home»Index Berita»Disway»Catatan Dahlan Iskan»37 Derajat
    Catatan Dahlan Iskan

    37 Derajat

    By DiswaySelasa, 21 Mei 2019, 19:42 WITA4 Mins Read
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Panas. Menyengat. Lembab. Kemringet. Suhu udara 37 derajat. Matahari seperti turun lebih dekat ke bumi. Saya tidak kuat. Memilih meninggalkan komplek istana Dinasti Chakri ini. Nasehat dokter selalu mengiang di telinga saya: jangan banyak di terik matahari. Saya kanmengonsumsi obat penurun imunitas. Setiap hari. Sudah sejak 12 tahun lalu.

    Untuk ke istana di Bangkok ini pemeriksaan sangat ketat. Minggu kemarin adalah hari terakhir proses penobatan raja baru: Maha Vajiralongkorn. Menjadi Rama ke X.

    Sejak keluar dari China Town jalan-jalan sudah ditutup. Radius setengah kilometer disterilkan. Lalu-lintas dilarang. Pejalan kaki harus melewati penjagaan barat atau timur. Ada tenda panjang didirikan di tengah jalan. Petugas imigrasi melakukan pemeriksaan.

    Awalnya pemeriksaan fisik dan barang. Mirip di bandara. Lalu pemeriksaan paspor. Dicatat. Difoto ulang.

    DI’s Way mengikuti serangkaian pemeriksaan saat menyaksikan penobatan Raja Rama X

    Setelah itu masing-masing harus antre sambil memegang paspor. Dibuka di bagian yang ada foto. Dipasang di sebelah wajah kita.  Untuk difoto oleh petugas.

    Antri keempat adalah untuk mendapatkan stiker. Paspor dicatat lagi. Diperiksa lagi. Baru diberi stiker. Untuk ditempel di dada.

    Antrean berjalan lambat. Tenda hanya menahan terik. Tidak bisa menahan panas. Panas di bawah tenda justru seperti mendidih. Beberapa orang barat basah kuyup. Oleh keringat mereka.

    Antrean saya lebih lambat. Lelaki di depan saya tidak bawa paspor. Hanya KTP warna merah. Saya pikir penduduk asli Thailand. Huruf di KTP itu mlungker-mlungker. Petugas mengalami kesulitan mencatat yang mana nama dan mana alamat.

    Setelah konsultasi sana-sini barulah diketahui. Itu KTP Kamboja.

    Giliran saya tidak ada masalah.

    Antrean kelima juga berjalan lambat tapi menyenangkan: memilih topi. Gratis. Banyak modelnya. Banyak pula pilihan warnanya. Saya ambil yang warna kuning. Meski modelnya tidak menarik. Tapi warna kuning itu penting. Untuk mengkamuflase kaus saya yang warna abu-abu gelap.

    Baca Juga:  Muktamar “Jin”

    DI’s Way dan topi kuning gratis. 

    Saya bisa membayangkan alangkah panasnya Raja Rama X ini. Saat ditandu keluar dari istana. Menuju tiga pagoda. Lewat jalan-jalan raya di pusat kota. Salah satunya pagoda dengan patung Budha zamrud.

    Total perjalanan itu mencapai 7 km. Berhenti tiga kali. Di setiap pagoda. Untuk sembahyang.

    Raja dalam pakaian lengkap. Tebal. Berlapis. Dengan topi mirip topi cowboy. Warna gelap agak hitam. Bagian atasnya agak berkerucut.

    Masyarakat yang memenuhi pinggir sepanjang jalan sangat puas. Mereka bisa melihat barisan Raja Rama cukup lama. Langkah barisan ini lambat. Langkah kecil-kecil. Diiringi musik drum band. Dengan irama yang juga lambat.

    Masyarakat yang menunggu di satu jalan simpang empat, misalnya. Bisa melihat barisan ini lebih dari lima menit. Apalagi kalau simpang empat itu berupa bundaran. Bisa 10 menit.

    Saya bisa membayangkan betapa bosannya Raja Rama di atas tandu. Diam. Panas. Nyaris tidak bergerak.

    Tidak ada pendamping di tandu. Tidak ada permaisuri. Tidak ada datang yang mengipas.

    Dari satu pagoda ke pagoda lain bisa lebih satu jam di atas tandu. Dengan posisi kaki tidak bergerak. Tubuh tidak bergerak. Wajah tidak bergerak. Menatap lurus ke depan. Tidak melambaikan tangan. Tidak menyapa siapa saja di sepanjang jalan. Tidak bisa membuka WA.

    Masyarakat penuh di sepanjang jalan yang dilewati. Yang lapisan terdepan duduk bersila. Atau bersimpuh. Dengan sikap hormat pada raja. Dua tangan ditangkup di wajah. Demikian juga beberapa baris di belakangnya. Hanya di simpang-simpang empat barisan masyarakat sampai jauh ke belakang. Yang bagian belakang itu sikapnya agak rilek. Melambai-lambaikan bendera kecil kuning atau bendera Thailand.

    Baca Juga:  Bawang Yawuyoko

    Ada juga yang bersorak dan berteriak.

    Di jalan raya yang dua jalur, lebih rapi. Satu jalur untuk barisan Raja. Satu jalur lagi untuk masyarakat. Penuh. Berbaju kuning. Duduk rapi memanjang.

    Barisan Raja itu sendiri panjangnya hampir setengah kilometer. Paling depan adalah kuda. Hanya dua. Berwarna putih. Dengan langkah kaki yang dilatih khusus. Sangat pelan. Di samping kuda itu dua orang berbaris. Ini yang membedakan dengan di kerajaan di Eropa. Yang menempatkan kuda lebih penting dan atraktif.

    Di belakang kuda inilah peleton khusus kerajaan berbaju merah dengan topi hitam tinggi. Mirip tentara penjaga kerajaan di Inggris itu.

    Di belakangnya lagi peleton-peleton berbagai pasukan. Dengan pakaian khas kerajaan masing-masing peleton.

    Peleton musiknya saja dua: peleton musik dengan drum band dan trompet. Serta peleton musik tradisional dengan gendang.

    Peleton pemandu raja sendiri berada di tengah. Yang memanggul tandu 12 orang. Dikelilingi pasukan dengan pakaian dan topi kerajaan.

    Begitu langka perjalanan Raja dari istana ke pagoda pertama. Diteruskan ke pagoda kedua dan ketiga. Dan kembali ke istana. Memutar pusat kota.

    Yang seperti ini pernah terjadi 70 tahun lalu. Tidak ada dokumentasinya pula. Belum ada TV di Thailand saat itu.

    Sampai batas saya menulis naskah ini kirab belum selesai. Sudah lima jam. Betapa lelahnya Raja. Betapa panasnya. Kalau saja Raja dikirab di dalam tandu model kerajaan Tiongkok kuno bisa ada yang mengipasi. Tidak kelihatan dari luar.

    Raja Thailand ini dikirab dengan tandu terbuka. Sulit istirahat. Sekedar mengantuk sekali pun.

    Bayangakan sejak jam 4.30 sore sampai jam 8.30 malam Raja masih di atas tandu. Di tengah udara yang amat ongkep. Mungkin ini bagian paling tidak enak menjadi raja.(Dahlan Iskan)

    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email

    Berita Terkait

    Fikih Berubah

    Senin, 6 Februari 2023, 08:00 WITA3 Mins Read

    Balon Putih

    Minggu, 5 Februari 2023, 08:09 WITA5 Mins Read

    Abad Fikih

    Sabtu, 4 Februari 2023, 08:09 WITA3 Mins Read

    Komentar Batalkan balasan

    dahlan iskan
    • Terbaru
    • Populer
    Selasa, 7 Februari 2023, 09:20 WITA

    Gagal Ginjal Akut Kembali Ditemukan, Dinas Kesehatan Waspada

    Selasa, 7 Februari 2023, 09:11 WITA

    KPU Paser Mulai Memetakan Tempat Pemungutan Suara

    Selasa, 7 Februari 2023, 08:20 WITA

    3 Persen Dana Desa, Bukan Untuk Operasional Kepala Desa

    Selasa, 7 Februari 2023, 07:40 WITA

    Banjir Masih Mengancam Kabupaten Berau

    Selasa, 7 Februari 2023, 07:33 WITA

    Infrastruktur Masih Menjadi Prioritas RKPD Berau

    Selasa, 9 Juli 2019, 07:23 WITA

    Polling Wali Kota Balikpapan 2020

    Kamis, 26 Maret 2020, 18:45 WITA

    Disdukcapil Balikpapan Sediakan Layanan Online

    Selasa, 5 Mei 2020, 11:08 WITA

    Beraktivitas di Bawah SUTT Masih Aman

    Selasa, 24 November 2020, 10:32 WITA

    Mencegah Sengatan Listrik saat Banjir

    Jumat, 21 Agustus 2020, 13:48 WITA

    Bantuan Langsung Tunai UMKM di Kaltim Cair

    Komentar Terbaru
    • Obednego pada Pertamina Buka Peluang Bangun SPBN
    • Wisnu pada Haji Aseng 
    • Andi yunianto pada Tambang Ilegal di Tahura, Catut Nama Pangdam VI Mulawarman dan Kapolda Kaltim
    • Ipo pada Pailit Elit
    • Trino Junaidi pada Besok, 3 Ribu Masyarakat Adat Kutai Kembali Cat Jembatan Kartanegara Jadi Kuning Sakral

    Tentang Kami

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐬𝐩𝐢𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭. 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐧𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐬𝐭𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚. 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐠𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐃𝐢𝐬𝐰𝐚𝐲 𝐍𝐞𝐰𝐬 𝐍𝐞𝐭𝐰𝐨𝐫𝐤 (𝐃𝐍𝐍) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐢𝐧𝐚 𝐃𝐚𝐡𝐥𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐤𝐚𝐧.

    Hubungi Kami

    𝐁𝐀𝐋𝐈𝐊𝐏𝐀𝐏𝐀𝐍:
    𝐊𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐤𝐬 𝐌𝐚𝐩𝐩𝐥𝐞 𝐁𝐥𝐨𝐤 𝐀 𝟔 𝐁𝐨𝐫𝐧𝐞𝐨 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐝𝐢𝐬𝐨, 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤𝐩𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧.
    𝐓𝐞𝐥𝐞𝐩𝐨𝐧 :
    𝐊𝐚𝐧𝐭𝐨𝐫 : +𝟔𝟐 𝟓𝟒𝟐 𝟖𝟓𝟐𝟎𝟐𝟑𝟔 ;
    𝐑𝐞𝐝𝐚𝐤𝐬𝐢 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟐𝟖𝟏𝟏-𝟏𝟏𝟓𝟎 ;
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : +𝟔𝟐𝟖𝟓𝟐-𝟓𝟎𝟖𝟖-𝟎𝟓𝟕𝟓

    𝐒𝐀𝐌𝐀𝐑𝐈𝐍𝐃𝐀:
    𝐉𝐥. 𝐆𝐚𝐭𝐨𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐫𝐨𝐭𝐨 𝐆𝐠. 𝟏𝟒 𝐊𝐞𝐥. 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫𝐚, 𝐊𝐞𝐜. 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐢𝐧𝐚𝐧𝐠, 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐢𝐧𝐝𝐚.
    𝐈𝐤𝐥𝐚𝐧 : 𝟎𝟖𝟏𝟑𝟒𝟖𝟒𝟗𝟗𝟗𝟗𝟏

    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟏: 𝐧𝐨𝐦𝐨𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦
    𝐄𝐦𝐚𝐢𝐥 #𝟐: 𝐝𝐢𝐬𝐤𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦[𝐚𝐭]𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥[𝐝𝐨𝐭]𝐜𝐨𝐦

    Facebook Twitter Instagram YouTube Telegram RSS

    𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐊𝐚𝐥𝐭𝐢𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐯𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐍𝐨𝐦𝐨𝐫 𝟕𝟖𝟕/𝐃𝐏-𝐕𝐞𝐫𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢/𝐊/𝐈𝐗/𝟐𝟎𝟐𝟏

    Copyright © 2020 by NomorSatuKaltim.com 

    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact
    • Tentang
    • Redaksi
    • Privasi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
    • Pemberitaan Ramah Anak
    • E-Paper
    • Iklan
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.